Rabu, 09 Desember 2009

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PIODERMA

TINJAUAN TEORI

I. Pengertian
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.

II. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.

III. Faktor Predisposisi

1. Higiene yang kurang

2. Menurunnya daya tahan Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes mellitus

3. Telah ada penyakit lain di kulit.Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

IV. Klasifikasi

1. Pioderma Primer

Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,

penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.

2. Pioderma Sekunder.

Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya: dermatitis impetigenisata, scabies impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.

V. Bentuk Pioderma

Berbagai bentuk pioderma :

1.Impetigo

Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ). Terdapat 2 bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo bulosa.

2.Folikulitis

Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan Staphylococcus aureus.

3.Furunkel/Karbunkel

Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada sebuah disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.

4.Ektima

Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus.

5.Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.

6.Erisipelas

Ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.

7.Selulitis

Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.

8.Flegmon

Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis hanya ditambah insisi.

9.Ulkus Piogenik

Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram, oleh karena itu perlu dilakukan kultur.

VI. Tanda dan gejala

1.Demam / Panas

2.Adanya Nodul

3.Mual, Muntah

4.Krusta

5.Nyeri

6.Gatal-gatal

7.Radang

8.Papul dan Prustul

VII. Patofisiologi

Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam, malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).

Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.



VIII. Px Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinanpenyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

IX. Penatalaksanaan

1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan

2. Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.

1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya

a. Penisilin G prokain,

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.

b. Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

c. Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

d. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.

2) Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.

3) Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

4) Sefalosporin

Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

3. Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PIODERMA

I. PENGKAJIAN

a. Data subyektif :

Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.

b. Data obyektif :

Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit

6. PK infeksi

7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

III. RENCANA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

Hasil yang diharapkan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit

Rencana tindakan keperawatan

a. Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka

Rasional :

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi

b. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

Rasional :

Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi

c. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi

Rasional :

Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer

d. Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion

Rasional

Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga.

Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi

kasar, retak dan bersisik

e. Kolaborasi dalam pemberian obat topical

Rasional :

Mencegah atau mengontrol infeksi

2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit

Hasil yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi

Rencana tindakan keperawatan :

a. Kaji skala nyeri

Rasional :

Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi

b. Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri

Rasional :

Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan apat meningkatkan mekanisme koping

c. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery

Rasional :

Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis

d. Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien

Rasional :

Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian

e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional :

Perubahan metode untuk penghilangan nyeri

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

Hasil yang diharapkan : kebutuhan tidur pasien terpenuhi

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat tidur pasien

Rasional

Untuk mengetahui kualitas tidur pasien

b. Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari

Rasional :

Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi

c. Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur

Rasional :

Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari

d. Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur

Rasional :

Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur

e. Kolaborasi pemberian obat antihistamin

Rasional :

Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

Hasil yang diharapkan : pengembangan peningkatan penerimaan diri

Rencana tindakan keperawatan :

a. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien

Rasional :

Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri

b. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara terbuka dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan perasaan.

Rasional :

Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami

c. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali diri serta mengatasi masalah.

Rasional :

Menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi

d. Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu pasien kea rah penerimaan diri

Rasional :

Membantu dalam meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit

Hasil yang diharapkan : pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya, pasien memahami tentang perawatan kulit

Rencana tindakan keperawatan :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

Rasional :

Memberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman pasien

b. Jaga agar pasien mendapat informasi yang benar, memperbaiki kesalahan informasi

Rasional :

Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang mereka perbuat dan merasakan manfaatnya

c. Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion

Rasional

Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik

d. Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan : obat topical

Rasional :

Memungkinkan pasien untukmemperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara yang tepat untuk melakukan terapi

6. PK infeksi

Hasil yang diharapkan : infeksi tidak terjadi

Rencana tindakan keperawatan :

a. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi

Rasional :

Pemberian intruksi yang jelas diperkuat dengan instruksi tertulis

b. Nasehati pasien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang memperburuk masalah

Rasional :

Reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang ada dalam obat tersebut

c. Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi dokter

Rasional :

Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi

d. Gunakan obat-obat topical yang mengandung koortikosteroid sesuai indikasi

Rasional :

Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi

7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Hasil yang diharapkan : peningkatan suhu tubuh diatas rentang dermal

Rencana tindakan keperawatan :

a. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )

Rasional :

Suhu 38,9-41derajat C menunjukkan proses infeksius

b. Berikan kompres hangat

Rasional

Membantu mengurangi demam

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional :

Membantu mengurangi demam

d. Berikan antipiretik

Rasional

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hasil yang diharapkan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Rencana tindakan keperawatan

a. Kaji status nutrisi secara kontinu

Rasional :

Memberikan pilihan intervensi

b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan

Rasional :

c. Memantau kecenderungan dalam penurunan/penambahan berat badan

Dokumentasikan pemasukan oral selama 24 jam

Rasional :

Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan actual

d. Rujuk pada ahli gizi

Rasional :

Membantu dalam identifikasi defisit nutrisi

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Sesuaikan dengan tindakan keperawatan

V. EVALUASI KEPERAWATAN

1. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit

2. Nyeri terkontrol/teratasi

3. Kebutuhan tidur pasien terpenuhi

4. Pengembangan peningkatan penerimaan diri

5. Pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya, pasien memahami tentang perawatan kulit

6. Infeksi tidak terjadi

7. Peningkatan suhu tubuh diatas rentang dermal

8. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

1 komentar: